Dari 'Aisyah r.a., dia berkata Rasulullah saw. pernah bersabda: "Barangsiapa yang mengadakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak." (HR Bukhari, 4591)

Wednesday, June 13, 2012

Kumpulan Hadits #18

Abu Hurairah berkata bahwa Nabi saw. bersabda, "Tidak akan tiba hari kiamat hingga ilmu pengetahuan (agama) dilenyapkan, banyak gempa bumi, masa saling berdekatan (semakin singkat), banyak timbul fitnah, banyak huru hara yaitu pembunuhan, hingga harta benda melimpah ruah di antara kamu."  (HR. Bukhari, 543)

Friday, June 1, 2012

Pendidikan Qur’ani Lewat Kisah Luqman (bagian 1)


Sumber                        :           Makalah Pengajian Rutin Ahad Pagi / 04 Maret 2012
                                                DR. H. Dedeng Rosidin
                                                Masjid PP. Persatuan Islam Viaduct Bandung

Luqman: 12
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: ‘Bersyukur kepada Allah dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri’; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”

1. Arti Luqman
            Sebagian ulama berpendapat kata Luqman itu bahasa Arab dari kata laqima = makan dengan cepat, bentuk masdarnya laqman, kemudian ditambah Alif + Nun menjadi Luqman (Muhyidin al-Darwis, 2001:VI, 83)
            Al-Raghib (tt:473) menyebutkan Luqman nama bagi al-hakim / yang bijak.  Dan bisa juga berasal dari kata laqimtu al-thaama artinya alqamahu = menyuapi.  Bisa jadi yang dimaksud ialah yang menyuapi dengan kata-kata yang bijak / hikmah.

2. Nama Luqman
            Ibnu Katsir (III:444) mengutip pendapat al-Suhaeli, namanya ialah Luqman bin ‘Anqaa bin Sadun.  Dan Shawi (III:313) menyebutkan Luqman hidup 1000 tahun, sampai masa Nabi Dawud as.

3. Sifat Luqman
            Ibnu al-Jauzi (VI:318) menyebutkan sifat Luqman yaitu: hamba sahaya habsyi, orang hitam dari Sudan Mesir, tebal bibirnya, membelah kedua kakinya dan hakim bani Israel.  Jalaludin Suyuthi (VI:509) menambahkan, Ia seorang hamba yang shaleh, Ia Qashiran, Afthasa min al-nubah = orang pendek, lebih pesek hidungnya dari binatang lebah.  Ia seorang hamba yang banyak tafakur, bagus prasangka, banyak diam, sangat mencintai Allah, Allah pun mencintainya lalu diberinya hikmat.

4. Pekerjaan Luqman
            Ibnu al-Jauzi (VI:318) menyebutkan pekerjaan Luqman, ia tukang jahit / penggembala, ia tukang kayu.  Dan Ibnu Katsir (III:443), menyebutkan ia seorang hakim bani Israel zaman Nabi Dawud as.

5. Al-Hikmah
            Al-Suyuthi (VI:511), menyebutkan yaitu kecerdasan, pemahaman dan ketepatan dalam perkataan.
            Allah Swt telah memberi Luqman hikmah, yaitu kecerdasan, pemahaman terhadap sesuatu, beramal sesuai ilmu, hidayat untuk mengetahui yang benar.  Apa yang dikatakan Luqman, berupa hikmah, sesuai dengan fitrah yang bersih.  Ia hakim dan bukan seorang Nabi. (Hijaji:III:47)
Nilai Pendidikan:
1. Orang cerdas, pandai, faham, berilmu, hendaklah bersyukur pada yang memberinya kepandaian, ilmu dan pemahaman.
2. Mengajarkan bagaimana sikap / akhlak kita terhadap Allah dan sikap kita terhadap diri sendiri.

Luqman: 13
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Nilai Pendidikan:
1. Model pendidikan, bagi anak-anak atau pendidikan tingkat dasar
2. Bahan ajar yang ditanamkan pertama kali tauhid, keimanan kepada Allah, tidak menyekutukan Allah.  Dan ini merupakan pondasi awal untuk materi selanjutnya.
3. Pendidikan terhadap anak-anak harus disertai dengan rasa penuh kasih sayang dan kelembutan, tidak dilakukan dengan kasar dan keras.
4. Metode Pengajran metode mauidlah / nasihat, metode ini tepat digunakan untuk pendidikan tingkat dasar.

Luqman: 14-15
14. “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.  Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepadaKu-lah kembalimu.
15. “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu, kemudian hanya kepadaKu-lah kembalimu, Maha Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Nilai Pendidikan:
1. Pendidikan yang tertanam di ayat ini, pendidikan keimanan dan akhlak terhadap Allah dan orang tua.
2. Tidak sependapat dan tidak taat kepada orang tua atau guru dalam hal yang bertentangan dengan ketentuan Allah, adalah sesuatu yang dituntut oleh agama.
3. Bermuamalah dengan ma’ruf dalam urusan dunia, dengan guru, orang tua juga yang lainnya dituntut agama Islam, sekalipun berbeda aqidah.
4. Guru tidak boleh mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan akidah Islam.
5. Murid harus mempunyai pendirian kuat terhadap kebenaran.
6. Bahan ajar yang diberikan, tauhid dan kemasyarakatan / sosial.

Pendidikan Qur’ani Lewat Kisah Luqman (bagian 2)


Luqman: 16
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam satu batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).  Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
Nilai Pendidikan:
1. Dalam proses belajar mengajar itu hendaknya diulang, ayat 13-14 dan 15, menjelaskan tentang tauhid, disinggung kembali ketauhidan itu pada ayat 16-nya.
2. Materi pengajaran pertama harus diperluas, ayat ke-13 yang menjelaskan keimanan, tidak musyrik, kemudian diperluas dengan materi ayat ke 16 menjelaskan sifat-sifat Allah.
3. Porsi pelajaran tauhid pada tingkat dasar harus lebih besar dari porsi pelajaran lainnya.
4. Metode yang digunakan dalam mengajarkan tauhid pada tingkat dasar, bisa dengan metode amtsal / perumpamaan, dan metode tanya-jawab.
5. Menggunakan metode amtsal bagi anak-anak, hendaknya disesuaikan dengan tingkat kemampuan dan kehidupan yang dialami oleh anak.  Ini ditunjukan Allah dengan menggunakan bijian / batu sebagai perbandingan.  Dan kedua ini biasanya sudah ada pada dunia anak-anak.

Luqman: 17
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.  Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).”
Nilai Pendidikan:
1. Pelajaran Ibahadah / Ibadah makhdloh termasuk bahan ajar yang penting bagi anak, misalnya shalat.
2. Pelajaran yang bersifat muamalah / ibadah ghaer makhdloh, seperti rasa peduli terhadap lingkungan sekitar amar ma’ruf nahyu munkar, harus sudah dimulai sejak anak-anak.
3. Pendidikan akhlak terhadap orang lain dan diri sendiri penting diperhatikan pada tingkat dasar.
4. Pentingnya menanamkan pada anak sifat untuk terlebih dahulu memperbaiki diri sendiri sebelum orang lain.  Ini ditunjukkan dengan dimulai dengan perintah shalat, lalu amar ma’ruf nahy munkar.

Luqman: 18
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.  Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Luqman: 19
“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.  Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Nilai Pendidikan
1. Bidang pengajaran yang diajarkan, ayat 18-19 ialah akhlak pada orang lain dan diri sendiri.
2. Porsi pengajaran akhlak harus cukup memadai setelah porsi tauhid pada pendidikan tingkat dasar.
3. Materi akhlak pada dasar, hendaknya yang mudah, sederhana, dan menyentuh kehidupan sehari-hari.
4. Muatan materi akhlak hendaknya menyentuh kesempurnaan bathin dan kesempurnaan dlahir.

Kesimpulan:
Pendidikan yang utama bagi usia anak: Tauhid, Akhlak: yang meliputi akhlak kepada Allah, kepada orang tua, kepada diri dan kepada orang lain, Ibadah, Sosial, Kecerdasan.
Contoh Maqalat Hikmah Luqman di Luar Al-Quran
            “Dunia itu seibarat samudera yang luas dan dalam, banyak yang tenggelam di sana, Jadikanlah taqwa pada Allah sebagai kapalnya, iman muatannya, tawakal kepada Allah sebagai layarnya, semoga engkau selamat.”  Al-Maraghi (VII:87)
            Shawi (III:314) mengutip makalah Luqman,
“Wahai anakku jangan engkau lebih lemah dari ayam jantan ini yang bersuara di waktu sahur sedangkan engkau tidur nyenyak di atas kasurmu.”
“Wahai anakku jangan mengakhirkan taubat, karena mati itu datang tiba-tiba.”
“Wahai anakku, hati-hatilah terhadap hutang karena hutang itu kerendahan di siang hari dan kebingungan di malam hari.”
            Ibnu Katsir  (III:443) dan Al-Suyuthi (VI:516) mengutip maqalat Luqman, yaitu: Pada saat Luqman menjadi seorang hamba.  Tuannya menyembelih seekor kambing, lalu ia menyembelih.  Kemudian Tuannya menyuruh mengeluarkan daging yang paling bagus, lalu Luqman keluarkan lidah dan hati.  Si Tuan diam keheranan.  Kemudian Tuan itu menyuruh lagi menyembelih kambing, Luqman pun menyembelihnya,  Dan ia suruh Luqman mengeluarkan daging yang paling jelek.  Luqman mengeluarkan daging lidah dan hati.  Tuannya terheran bengong, dan berkata, “Aku perintahkan engkau keluarkan daging yang paling bagus lalu engkau keluarkan lidah dan hati, dan aku perintah engkau keluarkan daging yang paling jelek, lalu engkau keluarkan itu juga lidah dan hati, kenapa?”  Luqman berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang lebih baik, kecuali jika keduanya itu baik, dan tidak ada yang lebih jelek, kecuali jika keduanya itu jelek.”

Kumpulan Hadits #17

Hadits riwayat Abdullah bin Mas'ud ra., dia berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Mencaci maki orang Islam  adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekafiran."  (HR. Muslim, 97)