Dari 'Aisyah r.a., dia berkata Rasulullah saw. pernah bersabda: "Barangsiapa yang mengadakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak." (HR Bukhari, 4591)

Sunday, April 29, 2012

Kumpulan Hadits #15

Dari Abu Hurairah ra., dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Tuhan kita Yang Maha Suci lagi Maha Luhur setiap malam turun ke langit dunia ketika malam tinggal sepertiga terakhir.  Dia berfirman, 'Barang siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan kabulkan permohonannya.  Dan barang siapa yang memohon ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya."  (HR. Muslim, 1261)

Al Jannah Dalam Al-Quran


Sumber            :           Makalah Pengajian Rutin Ahad Pagi / 15 April 2012
                                    Drs. H. Uus Muhammad Ruchiyat
                                    Masjid PP. Persatuan Islam Viaduct Bandung

1. Firdaus
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu; orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.  Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.  Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.  Mereka itulah orang-orang yang mewarisi, yakni; yang akan mewarisi surga Firdaus.  Mereka kekal di dalamnya.”  (QS. Al-Mukminun: 1-11)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah daripadanya.”  (QS. Al-Kahf: 107-108)

Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, mendirikan solat, dan shaum ramadhan, adalah benar atas Allah memasukkan dia ke surga, baik ia hijrah di jalan Allah atau ia tinggal di negeri yang ia dilahirkannya.”  Mereka bertanya ‘Wahai Rasulullah apakah kami umumkan kepada orang-orang tentang hal itu?’  beliau bersabda, “Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat yang Allah sediakan untuk orang-orang yang jihad di jalan-Nya, setiap dua tingkatan antara keduanya seperti antara langit dan bumi, apabila kalian meminta kepada Allah, mintalah kepada-Nya surga Firdaus karena ia itu paling utama dan paling tinggi dan di atasnya itu Arsy Rahman dan dari situlah memancar sungai-sungai surga.”  (HR. Bukhari)

2. ‘Adn
“(Bagi mereka) surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.”  (QS. Al-Fathir: 33)

“Sesungguhnya mereka yang beriman dan beramal shaleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahal orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik.  Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah.  Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.”  (QS. Al-Kahf: 30-31)

3. An Na’im
“Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertaqwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka ke dalam surga yang penuh kenikmatan.”  (QS. Al-Maidah: 65)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan.”  (QS. Yunus: 9)

4. Al Ma’wa
“Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik (kafir)?  Mereka tidak sama.  Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shaleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.  Dan adapun orang-orang yang fasik (kafir), maka tempat mereka adalah neraka.  Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya.”  (QS. As-Sajdah: 18-20)

Dari Abu Hurairah bahwasannya orang Arab gunung datang menghadap Rasulullah saw., lalu bertanya ‘Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amal yang apabila aku mengamalkannya masuk ke surga?’ Beliau menjawab, ‘Engkau beribadah kepada Allah tidak menyekutukan kepada-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat lima waktu, megeluarkan zakat yang diwajibkan, shaum Ramadhan,” ia berkata, ‘demi Dzat yang diriku berada pada kekuasaan-Nya aku tidak akan menambah atas hal ini dan tidak akan menguranginya.’ Ketika ia pulang, Nabi bersabda, ‘Siapa yang ingin melihat seseorang dari ahli surga maka lihatlah orang ini.’”  (HR. Bukhari dan Muslim)

Wednesday, April 25, 2012

Kumpulan Hadits #14

Dari Abu Hurairah ra., dia berkata Rasulullah saw., bersabda, "Allah Swt. berfirman, 'Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika dia mengingat-Ku.  Jika dia mengingat-Ku, maka Aku pun mengingatnya.  Jika dia mengingat-Ku dalam suatu jemaah manusia, maka Aku pun mengingatnya dalam suatu kumpulan makhluk yang lebih baik dari mereka.  Jika dia mendekati-Ku sejengkal, maka Aku mendekatinya sehasta.  Jika dia mendekati-Ku sehasta, maka Aku mendekatinya sedepa.  Dan apabila dia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari."  (HR. Muslim, 4832)

Kumpulan Hadits #13

Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw. bersabda, "Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah di bawah naungan-Nya yaitu, 'Pemimpin yang adil, pemuda ibadah, seseorang yang hatinya bergantung kepada ahli mesjid, dua orang yang saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang yang diajak perempuan untuk berzina, dia mengatakan, 'Aku takut kepada Allah', seseorang yang bersedekah dan merahasiakannya sampai tangan kanannya tidak tahu apa yang dikeluarkan tangan kirinya dan seorang yang mengingat Allah dalam kesendirian, lalu kedua matanya meneteskan air mata."  (HR. Muslim, 1712)

Tuesday, April 24, 2012

Penyebab Fasadnya Agama


Sumber            :           Makalah Pengajian Rutin Ahad Pagi / 18 Maret 2012
                                    KH. Zae Nandang
                                    Masjid PP. Persatuan Islam Viaduct Bandung

Agama ialah: “Apa-apa yang telah ditentukan Allah dalam kitab-Nya yang bijaksana dan sunnah nabi-Nya yang shahih, baik berupa perintah, larangan, maupun petunjuk untuk kemaslahatan dunia dan akhirat.”  (Al Hidayah: 1)

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu.  Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.”  (QS. Al-Maidah: 77)
Ialah, janganlah kamu berlebihan dalam urusannya, maka kamu akan melampaui batas-batas syar’i dan qanun-qanu aqal.

“Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata: ‘Kami akan diberi ampun.’  Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga).  Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan kepada Allah kecuali benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya?  Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertaqwa.  Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?”  (QS. Al-Araf: 169)

“Sesungguhnya syetan telah berputus asa untuk diibadahi di jazirah kamu ini, tetapi ia dita’ati pada apa yang kamu anggap sepele dari amal-amal kamu, sungguh ia ridla.”  (Syu’abul Iman)
“Dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.  Padahal di sisi Allah adalah besar.”  (QS. An-Nur: 15)

“Maka apakah orang yang dijadikan (setan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh setan)?  Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; Maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka.  Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.”  (QS. Fathir: 8)

Dari Jabir, adalah Rasulullah saw. apabila berkhutbah...dan beliau bersabda: “Amma ba’du, Maka sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw. dan sejelek-jelek urusan baru dan semua bid’ah itu sesat.”  (HR. Bukhari dan Muslim)

“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah: 42)

Monday, April 23, 2012

Kumpulan Hadits #12

Dari Abu Hurairah ra., dia berkata, dari Nabi saw. beliau bersabda, "Madinah itu adalah tanah haram.  Barang siapa yang berbuat bid'ah di dalamnya atau melindungi seorang pembid'ah, maka dia akan terkutuk dengan laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia, dan Allah tidak akan menerima tobat serta tebusannya pada hari kiamat."  (HR. Muslim, 2434)

Kumpulan Hadits #11

Dari Abu Musa ra., dia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Tidak seorang pun yang lebih sabar mendengar sesuatu yang menyakitkan selain Allah, karena meskipun Allah disekutukan dan dianggap memiliki anak, tetapi Allah tetap memberikan kesehatan dan rezeki kepada mereka."  (HR. Muslim, 5016)

Kumpulan Hadits #10

Dari Abdullah bin Amru bin Ash ra., dia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan cara mencabutnya begitu saja dari manusia, akan tetapi Allah akan mengambil ilmu dengan cara mencabut (nyawa) para ulama, sehingga ketika Allah tidak meninggalkan seorang ulama pun, manusia akan mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh yang apabila ditanya mereka akan memberikan fatwa tanpa didasarkan ilmu lalu mereka pun sesat serta menyesatkan."  (HR. Muslim, 4828)

Sunday, April 22, 2012

Etika Makan Dalam Islam


Sumber            :           Makalah Pengajian Rutin Ahad Pagi / 08 April 2012
                                    KH. Aceng Zakaria
                                    Masjid PP. Persatuan Islam Viaduct Bandung

Mulailah makan dengan membaca basmalah;
1. Dari ‘Aisyah ra., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah ia menyebut nama Allah SWT (basmalah) pada permulaan makannya.  Jika ia lupa menyebut nama Allah SWT pada permulaan makannya, maka hendaknya ia membaca; BISMILLAHI AWWA-LAHU WA AKHIRAHU, (dengan menyebut nama Allah pada permulaan dan penghabisan).”  (HR. Abu Dawud)

Syetan senang dengan orang yang masuk rumah tanpa salam, makan tanpa membaca basmalah;
2. Dari Jabir bin ‘Abdillah ra., sesungguhnya ia telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seseorang masuk ke rumahnya dengan menyebut nama Allah ketika masuk dan ketika makan, maka syetan berkata kepada temannya: “Tiada tempat bermalam dan tiada makan malam.” dan apabila masuk (rumah) tanpa mengingat Allah (bersalam), syetan berkata: “Kamu dapat tempat bermalam,” kemudian jika waktu makan tidak membaca basmalah syetan berkata lagi: “Kamu dapat tempat bermalam dan makan malam.””  (HR. Muslim)

Do’a dimana hidangan makanan telah tersedia;
3. Dari Abi Umamah ra.: “Sesungguhnya Nabi SAW apabila telah membuka hidangan makanannya, beliau membaca; AL-HAMDU LILLAH KATSIRAN THAYYIBAN MUBARAKAN FIHI GHAIRA MAKFIYYIN WALA MUADDA’IN WALA MUSTAGHNAN ‘ANHU RABBANA, (Segala puji bagi Allah (kupanjatkan kepada-Nya) sebanyak-banyak puji, sebaik-baik puji, puji yang penuh berkah dengan tidak membutuhkan pemberian dan titipan serta tidak memerlukannya sedikitpun wahai Tuhan kami).”  (HR. Bukhari)

Do’a setelah makan;
4. Dari Abi Sa’id al-Khudriy ra.; “Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila selesai makan, ia berdo’a; AL-HAMDU LILLAH AL-LADZI ATH’AMANA WASAQANA WAJA’ALANA MUSLIMINA (Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan kepada kami, telah memberi minum dan menjadikan kami orang yang berserah diri).”  (HR. Abu Dawud)

5. Dari Anas ra., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang telah makan makanannya, kemudian ia berdo’a; AL-HAMDU LILLAHI AL-LADZI ATH’AMANA HADZA WARAZAQANIHI MIN GHAIRI HAULIN MINNI WALA QUW-WATIN, (Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan ini kepadaku, dan memberi rizki kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku), nisacaya diampuni baginya dosa yang telah ia lakukan dan dosa yang kemudian.”  (HR. Abu Dawud)

Makanlah dengan tangan kanan;
6. Dari Ibnu ‘Umar ra., sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seorang diantara kamu makan, maka makanlah dengan tangan kananmu dan apabila minum, minumlah dengan tangan kananmu, karena syetan makan dan minum dengan tangan kirinya.”  (HR. Muslim)

7. Dari ‘Umar bin Ibnu Salamah ra. berkata: “Aku pernah tinggal di rumah Rasulullah SAW (di bawah asuhannya), maka tanganku menjulur ke dalam pinggan/nampan (berisi makanan), Rasul bersabda kepadaku: “Hai anak! Sebutlah nama Allah (baca;basmalah) dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari apa yang dekat kepadamu.”  (HR. Muslim)

8. Dari Salamah bin al-Akwa’ ra., sesungguhnya seorang laki-laki makan dekat Rasulullah SAW dengan tangan kirinya, Rasul bersabda: “Makanlah dengan tangan kananmu, ia menjawab: Aku tak bisa. Rasul bersabda: Tidak! Kamu bukan tidak bisa tetapi kamu sombong.  Salamah bin Akwa’ berkata: Maka orang itu tidak mengangkat tangan kanannya ke mulutnya.”  (HR. Muslim)

9. Dari ‘Ali bin al-Aqmar ra., aku mendengar Abu Juhaifah berkata; Rasulullah SAW bersabda : “Aku tidak pernah makan sambil bersandar.”  (HR. Bukhari)
Yang dinamakan AL-ITTIKAU: “Posisi duduk orang yang makan dengan posisi bagaimana saja, maka sifat/cara duduk yang disunnahkan bagi orang yang makan yaitu duduk berlutut atau mengangkat kaki kanan dan mendudukan kaki kiri.”  (Fathu al-Bari, 9:542)

Janganlah makan dengan terlalu kenyang;
10. Dari Abu Hurairah ra., berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Seorang muslim makan dengan satu perut, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh perut.”  (HR. Bukhari)

11. Dan terdapat riwayat dari darinya dengan sabdanya: “Kami kaum yang tidak pernah makan sebelum kami lapar dan apabila makan kami tidak sampai kenyang.”  (Minhaju al-Muslim, hal: 108)
“Tentang hadits tersebut aku tidak mendapatkan orang yang meriwayatkannya dari Nabi dan itu kemungkinan ucapan para sahabat dan bukan hadits Nabi.”  (Minhaju al-Muslim, hal: 108)

12. Dari Al-Miqdam bin Ma’di Kariba ra., ia berkata; aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada seorang anak Adam mengisi penuh suatu wadah yang lebih jelek/berbahaya daripada mengisi penuh perutnya sendiri.  Cukup bagi anak Adam beberapa suap yang bisa menegakkan punggungnya.  Jika anak Adam tidak bisa menahan diri (dari banyak makan) maka hendaklah perut itu dibagi tiga tempat; sepertiga untuk makan, sepertiga untuk minum dan sepertiganya lagi untuk bernapas.”  (HR. Ibnu Majah, 2:1111)

Usahakanlah makan dengan berjama’ah;
13. Dari Wahsyi bin Harb dari bapaknya dari kakeknya, sesungguhnya sahabat-sahabat Nabi SAW berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya kami makan tetapi tidak merasa kenyang.  Rasul menjawab: “Barangkali kalian makan sendiri-sendiri saja.”  Mereka menjawab: Betul! Rasul bersabda: “Berkumpulah pada makanan kalian (makanlah bersama) dan sebutlah nama Allah (baca; basmalah), kalian tentu akan mendapat berkah pada makanan itu.”  (HR. Abu Dawud)

Ambillah jika ada makanan yang terjatuh;
14. Dari Jabir ra., berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Apabila suapan (makanan) salah seorang dari kalian jatuh, hendaklah ia mengambilnya dan buanglah bagian yang kotor dan makanlah (bagian yang bersih), dan janganlah makanan itu dibiarkan untuk syetan, dan janganlah ia mengusap tangannya dengan sapu tangan sebelum ia menjilati jari-jarinya, karena ia tidak tahu di bagian makanan manakah yang ada barakah.”  (HR. Muslim)

15. Dari Ibnu ‘Abbas ra., berkata; Rasulullah SAW bersabda: “Apabila seseorang dari kamu makan, maka janganlah ia mengusap tangannya sebelum ia menjilatinya atau dijilatinya.”  (HR. Muslim)

Dahulukan memberikan makanan kepada orang yang berada di sebelah kanan walaupun anak kecil;
16. Dari Anas bin Malik ra., sesungguhnya Rasulullah SAW diberi susu yang telah dicampuri air, sedang disebelah kanannya ada seorang arab gunung dan di sebelah kirinya Abu Bakar, maka Rasul minum dan memberikan (sisa minuman) kepada orang arab gunung, lalu beliau bersabda: “Sebelah kanan dulu kemudian kesebelah kanan.”  (HR. Muslim)

17. Dari Sahl bin Sa’ad as-Sa’idy ra.; “Sesungguhnya Rasulullah SAW diberi minuman dan beliau meminumnya, sedang disebelah kanannya ada seorang anak kecil (Ibnu ‘Abbas) dan disebelah kirinya beberapa orang tua.  Beliau bertanya kepada anak itu: Apakah kau izinkan jika aku memberikan (sisa minumanku) kepada orang orang tua itu dulu? Jawab anak: Tidak! Demi Allah saya tidak akan mengalah/memberikan bagianku darimu kepada orang lain.  Sahl berkata: Maka Rasulullah SAW memberikan minuman itu kepadanya (Ibnu ‘Abbas).”  (HR. Muslim)

Janganlah mencela makanan;
18. Dari Abu Hurairah ra., berkata: “Nabi SAW tidak pernah mencela makanan selamanya, jika ia suka ia memakannya dan jika ia tidak suka ia meninggalkannya.”  (HR. Bukhari)

Hargailah pambantu karena ia telah menyiapkan makanan untuk kita;
19. Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW bersabda; “Apabila pembantu salah seorang dari kamu datang dengan membawa makanan, jika ia tidak duduk bersamamu maka berilah ia sesuap atau dua suap (makanan itu), karena ia itu dari yang merasakan panasnya memasak dan yang memasaknya.”  (HR. Bukhari)

Kumpulan Hadits #9

Dari Anas bin Malik ra., "Sesungguhnya Allah Taala mengutus seorang malaikat di dalam rahim.  Malaikat itu berkata, 'Ya Tuhan! Masih berupa air mani. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal darah. Ya Tuhan! Sudah menjadi segumpal daging.' Manakala Allah sudah memutuskan untuk menciptakannya menjadi manusia, malaikat akan berkata, 'Ya Tuhan! Diciptakan sebagai lelaki atau perempuan? Sengsara ataukah bahagia? Bagaimanakah rezekinya? Dan bagaimanakah ajalnya?' Semua itu sudah ditentukan dalam perut ibunya."  (HR. Muslim, 4785)

Monday, April 16, 2012

Bid’ah dan Mashlahah Mursalah


Sumber            :           Makalah Pengajian Rutin Ahad Pagi / 29 Januari 2012
                                    KH. M. Rahmat Najieb, S.Pd
                                    Masjid PP. Persatuan Islam Viaduct Bandung

Ulama Ushul membagi dua bagian dari perbuatan-perbuatan yang tidak terjadi di zaman Rasulullah SAW; bid’ah dan mashlahah mursalah.

A. Pengertian Bid’ah
            Bid’ah menurut bahasa artinya “sesuatu yang baru yang tidak ada contoh sebelumnya.”  Salah satu Al-Asmaul Husna adalah Al-Badi’, artinya Maha Pencipta, Dia menciptakan segala sesuatu yang baru, yang tidak ada sebelumnya.  Bid’ah disebut juga muhdats atau muhdatsatul umur yakni perkara-perkara yang baru yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW atau oleh para sahabatnya.
            Sedangkan menurut istilah, bid’ah ialah “Sesuatu yang baru di dalam agama yang tidak pernah disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya” atau “Satu cara yang diadakan atau dibuat oleh orang di dalam Islam yang menyerupai syari’at dengan tujuan beribadah kepada Allah.” (Al-Iqtidlo, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)
            “Ungkapan dari suatu cara dalam agama yang diada-adakan, yang menyerupai syari’at.  Dikerjakan amal itu dengan maksud ingin mencapai maksimal (mencari nilai lebih) dalam beribadah kepada Allah SWT.” (Al-I’tisham, Imam Asy-Syatibi) atau Bid’ah itu adalah suatu urusan yang baru dalam agama; berupa aqidah, ibadah atau cara ibadah yang tidak terjadi pada masa Rasulullah SAW.  Lebih jelasnya yang disebut bid’ah itu, membuat cara ibadah dan menentukan waktunya.
            Alasan orang melakukan bid’ah karena ingin mendapat pahala.  Misalnya melafazhkan niat dengan mengucapkan “ushalliy lillah.....” sebelum melaksanakan shalat, dimaksudkan agar pahala shalat lebih banyak, padahal Nabi SAW dan para sahabatnya seorang pun tidak ada yang melakukannya.  Andaikan perbuatan itu baik tentu mereka melakukannya.  Pengucapan “ushalliy lillah.....” itu benar-benar menyerupai syariat dan para pelakunya menganggapnya ibadah sunnat.
            Demikian juga orang yang mengadakan acara ulang tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW, dengan alasan untuk meraih cinta beliau.  Padahal sebagai bukti cinta kita kepada seseorang adalah menuruti perintahnya dan melaksanakan pesan-pesannya.  Apakah beliau pernah menyuruh umatnya untuk merayakan maulid, memperingati isra mi’raj dan nuzulul Quran?
            Padahal yang dimaksud dengan ibadah adalah “Segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik perkataan atau perbuatan yang lahir dan yang batin.”  Bila ingin dicintai Allah, harus mengikuti petunjuk Rasul-Nya, karena beliaulah satu-satunya contoh yang baik.
            Bid’ah dalam aqidah atau keyakinan disebut syirik.  Syirik ialah berkeyakinan bahwa makhluq mempunyai kekuatan ghaib.  Misalnya orang yang berkeyakinan bahwa Hajar Aswad dapat memberikan kekuatan sehingga ia menaruh hormat kepadanya seperti halnya kepada manusia.  Atau berkeyakinan bahwa kuburan Nabi adalah tempat keramat, sehingga banyak orang yang meminta-minta di atasnya.

B. Ancaman bagi Para Pelaku Bid’ah
“Siapa yang mengamalkan ibadah yang bukan perintahku, maka ibadahnya akan tertolak.”  (HR. Muslim)
“Siapa yang hidup di antara kamu sesudahku (sepeninggalku), niscaya dia akan melihat perselisihan yang banyak.  Maka hendaklah kamu berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafa Rasyidin yang mendapat petunjuk.  Berpeganglah kepadanya dan gigitlah dengan gigi gerahammu (peganglah dengan kuat).  Dan jauhilah olehmu segala urusan yang baru (muhdats).  Karena sesungguhnya, setiap urusan yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.”  (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)
“.......Amma ba’du, Maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah (Al-Quran) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad saw.  Dan sejelek-jelek urusan adalah urusan baru (muhdats) dan setiap muhdats adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya neraka.”  (HR. Ahmad, Muslim, An-Nasaaiy dan Ibnu Majah)
Kata Imam Malik bin Anas, “Siapa yang berbuat bid’ah dalam Islam, ia memandang perbuatan itu baik, sungguh ia telah menuduh bahwa Muhammad SAW telah mengkhianati risalah, karena Allah sudah berfirman, ‘Hari ini telah Kusempurnakan bagimu agamamu.’ Maka apa saja yang tidak menjadi agama pada hari itu, niscaya tidak menjadi agama hari ini.”

C. Mashlahah Mursalah
            Mashlahah Mursalah ialah kemashlahatan yang tidak disyariatkan dalam bentuk hukum, karena tidak terdapat dalil yang membenarkan atau menyalahkan, tetapi perbuatan itu sangat diperlukan dalam rangka menciptakan kemashlahatan.  Misalnya tindakan yang dilakukan para sahabat pada masa kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq ra. tentang membukukan Al-Quran.  Saat Umar bin Khathab ra. mengusulkan untuk menjadikan Al-Quran dalam satu mushaf, Abu Bakar ra. menolak usul tersebut, dengan alasan tidak ada perintah dari Rasulullah Saw., beliau takut berbuat bid’ah.  Tetapi Umar tetap pada pendiriannya, karena menurutnya itu bukan perbuatan bid’ah, mengingat antara lain:
1. Umat Islam akan semakin banyak dan tidak hanya dipeluk oleh orang-orang Arab.
2. Banyak sahabat penghafal Al-Quran yang gugur dalam pertempuran Yamamah.
3. Para penghafal Al-Quran semakin berkurang tidak sebanding dengan jumlah kaum muslimin.
4. Adanya isyarat dari Rasulullah Saw. bahwa beliau sudah menyuruh menulis Al-Quran.
            Setelah melalui diskusi yang sengit pada akhirnya Abu Bakar ra. setuju dan membentuk tasykil penulisan Al-Quran yang dipimpin Zaid bin Tsabit.  Contoh yang lain adalah pendirian rumah sakit, panti asuhan, dan adzan menggunakan pengeras suara.
            Pada zaman Rasulullah Saw. sudah ada upaya untuk mengeraskan suara agar adzan terdengar ke masyarakat.  Sebagaimana dilakukan oleh Bilal, muadzin Rasulullah Saw., yang meliuk-liukan kepalanya ke kanan dan ke kiri.  Berbeda dengan penggunaan bedug yang dipukul (dibunyikan) sebelum adzan, sebab pada zaman Rasulullah Saw. alat seperti itu sudah ada tetapi tidak digunakan.

Perbedaaan Mashlahah Mursalah dengan Bid’ah
Mashlahah Mursalah
1. Tidak ada motivasi untuk melakukannya pada zaman Rasulullah Saw.
2. Tidak menyerupai syariah
3. Dikerjakan untuk kemaslahatan umat
4. Pada zaman Rasulullah Saw. terdapat kendala untuk mewujudkannya (seperti tidak adanya sarana)
5. Ma’qul (dapat diterima akal)
Bid’ah
1. Adanya motivasi untuk menambah pahala (tetapi para sahabat tidak melakukannya)
2. Menyerupai syariah (ditentukan cara dan waktunya)
3. Dikerjakan untuk mencari keutamaan (mubalaghah) dalam ibadah
4. Pada zaman Rasulullah Saw. tidak terdapat kendala untuk mewujudkannya (sarana menunjang dan sangat memungkinkan)
5. Ghayr ma’qul (tidak dapat diterima akal)
Bila kita ragu menilai sebuah ibadah antara sunnat (mandub) dan bid’ah, maka tinggalkanlah, karena berbuat bid’ah adalah dosa besar, sedangkan meninggalkan sunnat tidak disiksa.